Padausia 8 tahun, saya mempunyai seorang guru SM yang sangat baik, begitu mencintai Tuhan, dan begitu mengenal anak-anak didiknya. Saya sangat mengagumi dia. Ia seorang guru perempuan, padahal saya laki- laki. Tanpa sadar saya mulai mengikuti gerak-geriknya. Bahkan, ketika guru itu bibirnya sedikit miring, maka bibir saya ikut-ikut miring. Jakarta Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Tidak ada manusia yang benar-benar suci dari segala dosa. Setinggi apapun jabatanmu kini, kamu tak lepas dari dosa. Baik itu dosa kecil ataupun dosa besar. Tata Cara Sholat Tasbih dan Manfaatnya, Bisa untuk Menghapus Dosa Doa-doa yang Harus Dihapal untuk Semua Kejadian agar Terhindar dari Bahaya Tata Cara Sholat Taubat Nasuha dan Bacaan Doa Lengkap Segala dosa yang pernah diperbuat oleh manusia tentu saja bisa diampuni oleh Tuhan asalkan kamu mau bertaubat. Cara bertaubat sendiri ada beberapa jenis, tergantung taubat seperti apa yang kamu lakukan. Dalam Islam pun telah diberitahukan bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa dan menghapus kesalahan kamu dengan bertaubat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa ayat 31 yang artinya sebagai berikut. “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia surga.”Sebab-sebab diterimanya TaubatJika kamu melakukan dosa ataupun kesalahan, maka segeralah untuk bertaubat. Karena Allah selalu memaafkan hambanya. Dan berikut ini sebab-sebab Allah menerima taubat yang kamu lakukan yang telah dirangkum dari berbagai sumber pada Rabu 23/1/2019. 1. Karena Allah SWT Maha Mengahisi dan Maha Pengampun 2. Agar hamba-hambanya bersih dari dosa dan memperoleh kebahagian di Surga-Nya kelak 3. Orang-orang yang bertaubat tidak mengulangi dosa yang pernah diperbuat 4. Mencegah dari kejahatan dan agar orang-orang lebih banyak melakukan TaubatSebelum kamu melakukan taubat, kamu perlu mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat untuk bertaubat. Dan berikut ini rangkuman syarat bertaubat oleh Kamis 28/2/2019 dari berbagai sumber. 1. Islam, Jika kamu melakukan taubat dengan cara yang dianut oleh Islam, tentu saja kamu haruslah beragama. Karena hal ini pun telah dijelaskan dalam QS An-Nisa ayat 18. “Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” 2. Ikhlas, saat kamu melakukan sebuah taubat, kamu harus dengan ikhlas untuk menjalankannya. Karena dengan keikhlasan itu artinya kamu hanya mengahrapkan ridho dari Allah SWT. 3. Mengakui dosa, jika kamu benar-benar ingin menghapus semua kesalahan yang pernah diperbuat, kamu harus mengakui kesalahan tersebut di hadapan Allah SWT. Dengan cara mengakui serta memohon keselamatan dengan berdoa kepada Allah. 4. Menyesalai perbuatan, selain kamu harus mengakui dosa, kamu juga diharuskan memiliki rasa penyesalan. Penyesalan tersebut akan memberikan kemampuan kepada kamu untuk takut dan menjadi penghalang apabila kamu berniat melakukan kembali kesalahan atau dosa tersebut. 5. Lepas dan tinggalkan perbuatan dosa. Apabila pelanggaran yang kamu perbuat adalah melakukan larangannya, dan meninggalkan perintahnya, maka kamu harus melaksanakan perintahnya sebagai cara meninggalkan perbuatan dosa tersebut. Hal ini juga tercantum dalam firman Allah SWt dalam QS Al Imran ayat 135. “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.”Ada beberapa cara untuk kamu bertaubat dari kesalahan dan dosa yang telah kamu perbuat. Apabila dosa atau kesalahan yang kemu perbuat termasuk dalam dosa kecil, maka kamu perlu untuk bertaubat dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu beristighfar. Namun apabila dosa yang telah kamu perbuat itu besar, maka cara bertaubat yang harus kamu lalukan ialah dengan sholat taubat dan tidak mengulanginya lagi. Kamu juga diharuskan untuk mengerti cara taubat dengan tulus dan sungguh-sungguh bila memang telah melakukan dosa besar seperti zina ataupun syirik. 1. Menyesali dengan sungguh-sungguh Jika kamu ingin bertaubat, maka kamu sebaiknya untuk menyesali segala perbuatan yang telah kamu lakukan dengan sungguh-sungguh. Karena sebuah penyesalan sendiri ialah hakekat untuk bertaubat. Dan apabila kamu masih teringat dengan kemaksiatan yang kamu perbuat, maka kamu harus melawannya dengan kesedihan yang ada. 2. Meninggalkan dosa zina dan semua pemicu Tentu saja untuk meninggalkan sebuah dosa tersebut kamu haru meninggalkan perbuatnnya. Selain itu kamu juga harus meninggalkan dan menjauh dari segala pemicu dosa zina tersebut. 3. Bertekad tidak mengulang kembali Selain mengakui kesalahan dan meninggalan segala pemicu dari dosa zina tersebut, cara bertaubat selanjutanya ialah tidak mengulai kesalahan yang telah diperbuat. Kamu harus memiliki tekad untuk tidak mengulang kembali kesalahan tersebut. 4. Dekatkan diri dan banyak beribadah Cara bertaubat yang sangat disarankan tentu saja kembali mendekatkan diri dan banyak beribadah kepada Allah SWT. Karena mendekatkan diri kepada Allah dapat menggugurkan dosa yang telah kamu perbuat. Selain itu telah dijelaskan pula dalam firman Allah di QS Hud ayat 114. “Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” 5. Sholat Taubat Sholat taubat ini bisa kamu lakukan dengan dua rakaat dan juga niat dalam hati. Niat yang kamu ucapkan hanyalah berniat untuk sholat taubat dan mohon ampunan agar diridhoi oleh Allah SWT. Dan memohon ampunan kepada Allah juga bisa dilakukan dengan sholat taubat ini. Pada saat kamu melakukan sholat taubat, maka kamu pun telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. 6. Cari lingkungan yang baik Lingkungan yang baik tentu saja akan membawa dampak yang baik pula untuk kamu. Oleh karena itu, jika kamu memang bertekad untuk lepas dari segala perilaku tak terpuji, maka kamu harus mencari lingkungan yang baik. Hal ini juga dilakukan untuk memperkuat taubat yang telah kamu lakukan. 7. Rahasiakanlah Dosa yang pernah kamu perbuat sebaiknya rahasiakan. Rahasiakan dosa dari siapapun termasuk orang terdekat anda apalagi orang lain. Dalam sebuah hadist pun Rasulullah pernah bersabda. “Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini perbuatan zina, hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” HR. Malik Maka dari itu sebaiknya kamu mulai untuk menjauhi segala jenis dosa yang ada. Dan semoga Allah akan mengampuni setiap dosa yang diperbuat dan selalu meridhoi jalan yang kamu ambil.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Danmasih banyak lagi nubuatanNya yang terjadi Ketiga seorang nabi harus. Dan masih banyak lagi nubuatannya yang terjadi ketiga. School Universitas Sumatera Utara; Course Title COM MISC; Uploaded By jimmysitorus. Pages 94 This preview shows page 15 - 17 out of 94 pages.

GambarAn Hispanic young woman crying. She is holding a handkerchief. Tears are rolling down her face. Kita Semua Perlu Bertobat Apakah dosa itu? Apa dampak dosa kita terhadap diri kita? Iman kepada Yesus Kristus secara alami menuntun pada pertobatan. Senantiasa ada kebutuhan untuk pertobatan di dunia sejak zaman Adam hingga zaman sekarang. Tuhan memerintahkan Adam, “Karena itu ajarkanlah kepada anak-anakmu, bahwa semua orang, di mana pun harus bertobat, sebab kalau tidak, mereka tidak dapat mewarisi kerajaan Allah, sebab tidak ada hal yang tidak bersih dapat tinggal di sana, atau tinggal di hadirat-Nya” Musa 657. Kita datang ke dunia untuk tujuan tumbuh dan berkembang. Ini adalah proses seumur hidup. Selama masa ini kita semua berdosa lihat Roma 323. Kita semua perlu bertobat. Kadang-kadang kita berdosa karena pengabaian, kadang-kadang karena kelemahan kita, dan kadang-kadang karena ketidakpatuhan secara sadar. Dalam Alkitab kita membaca bahwa “di bumi tidak ada orang yang saleh yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa” Pengkhotbah 720 dan bahwa “jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” 1 Yohanes 18. Apakah dosa itu? Yakobus mengatakan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” Yakobus 417. Yohanes menjabarkan dosa sebagai “semua kejahatan” 1 Yohanes 517 dan “pelanggaran hukum” 1 Yohanes 34. Itulah sebabnya Tuhan berfirman, “Semua orang, di mana pun harus bertobat” Musa 657. Kecuali Yesus Kristus, yang menjalani kehidupan yang sempurna, semua orang yang pernah hidup di bumi telah berdosa. Bapa Surgawi kita dalam kasih-Nya yang besar telah menyediakan bagi kita kesempatan ini untuk bertobat dari dosa-dosa kita. Menjadi Bebas dari Dosa-Dosa Kita melalui Pertobatan Apakah pertobatan itu? Pertobatan adalah cara yang disediakan bagi kita untuk menjadi bebas dari dosa-dosa kita dan menerima pengampunan baginya. Dosa memperlambat kemajuan rohani kita dan bahkan dapat menghentikannya. Pertobatan memungkinkan kita untuk tumbuh dan berkembang lagi secara rohani. Kesempatan istimewa untuk bertobat dimungkinkan melalui Kurban Tebusan Yesus Kristus. Dalam cara yang tidak kita pahami sepenuhnya, Yesus membayar dosa-dosa kita. Presiden Joseph Fielding Smith mengatakan tentang hal ini “Saya telah menderita rasa sakit, Anda telah menderita rasa sakit, dan kadang-kadang itu cukup hebat; namun saya tidak dapat memahami rasa sakit … yang akan menyebabkan darah, seperti keringat, menetes dari tubuh. Itu sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang luar biasa …. … Tidak ada seorang pun yang pernah dilahirkan di dunia ini yang dapat bertahan menanggung beban yang dipikulkan kepada Putra Allah, ketika Dia menanggung dosa-dosa saya dan Anda dan memungkinkannya sehingga kita dapat terhindar dari dosa-dosa kita” Doctrines of Salvation, diseleksi oleh Bruce R. McConkie, 3 jilid [1954–1956], 1130–131; cetak miring dalam teks aslinya. Pertobatan kadang-kadang memerlukan keberanian besar, kekuatan besar, banyak air mata, doa yang tak henti, dan upaya yang tak kenal lelah untuk menjalankan perintah-perintah Tuhan. Asas-Asas Pertobatan Apakah asas-asas pertobatan? Presiden Spencer W. Kimball menyatakan “Tidak ada jalan pintas menuju pertobatan, tidak ada jalan yang diistimewakan untuk menuju pengampunan. Setiap orang harus mengikuti jalan yang sama baik dia kaya maupun miskin, terpelajar maupun tidak terlatih, tinggi maupun pendek, pangeran maupun pengemis, raja maupun orang kebanyakan” Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Spencer W. Kimball [2006], 45; cetak miring dalam teks aslinya. Kita Harus Mengenali Dosa-Dosa Kita Untuk bertobat, kita harus mengakui kepada diri sendiri bahwa kita telah berdosa. Jika kita tidak mengakui hal ini, kita tidak dapat bertobat. Alma menasihati putranya, Korianton, yang tidak setia dalam pemanggilan misinya dan telah melakukan dosa serius “Biarlah hanya dosa-dosamu mengganggumu; dengan gangguan yang demikian akan menyebabkan engkau bertobat .… Janganlah sekali-kali berusaha memaafkan dirimu” Alma 4229–30. Tulisan suci menasihati kita lebih jauh untuk tidak membenarkan praktik-praktik penuh dosa kita lihat Lukas 1615–16. Kita tidak dapat menyembunyikan tindakan apa pun dalam kehidupan kita dari diri sendiri maupun dari Tuhan. Kita Harus Merasakan Dukacita bagi Dosa-Dosa Kita Selain mengenali dosa-dosa kita, kita harus merasakan dukacita yang tulus atas apa yang telah kita perbuat. Kita harus merasa bahwa dosa-dosa kita tidak baik. Kita harus ingin membuang atau meninggalkannya. Tulisan suci memberi tahu kita, “Semua orang yang merendahkan diri di hadapan Allah dan menginginkan untuk dibaptis dan tampil dengan hati yang patah dan jiwa yang menyesal, dan … benar-benar telah bertobat akan segala dosa mereka … akan diterima dengan baptisan ke dalam gereja-Nya” A&P 2037. Pelajari 2 Korintus 79–10 dan Mormon 210–14. Dalam cara-cara apa menurut Anda “dukacita menurut kehendak Allah” berbeda dari ungkapan penyesalan? Kita Harus Meninggalkan Dosa-Dosa Kita Dukacita tulus kita hendaknya menuntun kita untuk meninggalkan menghentikan dosa-dosa kita. Jika kita telah mencuri sesuatu, kita tidak akan mencuri lagi. Jika kita telah berbohong, kita tidak akan berbohong lagi. Jika kita telah melakukan perzinaan, kita akan menghentikannya. Tuhan mewahyukan kepada Nabi Joseph Smith, “Dengan ini kamu boleh mengetahui bila seseorang telah bertobat atas dosa-dosanya—Lihatlah, dia akan mengakuinya dan meninggalkannya” A&P 5843. Kita Harus Mengakui Dosa-Doa Kita Mengakui dosa-dosa kita sangatlah penting. Tuhan telah memerintahkan kepada kita untuk mengakui dosa-dosa kita. Pengakuan meringankan beban berat dari si pendosa. Tuhan telah berjanji, “Aku, Tuhan, mengampuni dosa, dan berbelaskasihan kepada mereka yang mengakui dosa-dosanya dengan rendah hati” A&P 612. Kita harus mengakui semua dosa kita kepada Tuhan. Selain itu, kita harus mengakui dosa-dosa kita yang serius—seperti perzinaan, percabulan, hubungan homoseks, perundungan pasangan atau anak, serta penjualan atau penggunaan narkoba—yang dapat memengaruhi kedudukan kita di Gereja, pada wewenang keimamatan yang tepat. Jika kita telah berbuat dosa terhadap orang lain, kita hendaknya mengakui kepada orang yang telah kita sakiti. Beberapa dosa yang tidak serius tidak melibatkan orang lain kecuali diri kita sendiri dan Tuhan. Ini dapat diakui secara pribadi kepada Tuhan. Kita Harus Membuat Penggantian Bagian dari pertobatan adalah membuat penggantian. Ini artinya bahwa sedapat mungkin kita harus memperbaiki kesalahan apa pun yang telah kita lakukan. Sebagai contoh, seorang pencuri hendaknya mengembalikan apa yang dicurinya. Seorang pembohong hendaknya menyatakan kebenaran. Seorang penggosip yang telah memfitnah sifat seseorang hendaknya berusaha untuk memulihkan nama baik orang yang telah disakitinya. Sewaktu kita melakukan hal-hal ini, Allah tidak akan mengungkit-ungkit dosa kita ketika kita dihakimi lihat Yehezkiel 3315–16. Kita Harus Mengampuni Orang Lain Satu bagian yang penting dari pertobatan adalah mengampuni mereka yang telah berbuat dosa terhadap kita. Tuhan tidak akan mengampuni kita kecuali hati kita sepenuhnya dibersihkan dari semua kebencian, kegetiran, dan perasaan buruk terhadap orang lain lihat 3 Nefi 1314–15. “Oleh karena itu, Aku berfirman kepadamu, bahwa hendaknya kamu saling mengampuni, sebab dia yang tidak mengampuni saudaranya atas pelanggarannya, tetap dikutuk di hadapan Tuhan; karena di dalam dirinya bersemayam dosa yang lebih besar” A&P 649. Kita Harus Menaati Perintah-Perintah Allah Agar pertobatan kita lengkap kita harus menaati perintah-perintah Tuhan lihat A&P 132. Kita tidak sepenuhnya bertobat jika kita tidak membayar persepuluhan atau menguduskan hari Sabat atau mematuhi Kata-Kata Bijaksana. Kita tidaklah bertobat jika kita tidak mendukung para pembesar Gereja dan tidak mengasihi Allah serta sesama kita. Jika kita tidak berdoa dan bersikap tidak baik kepada orang lain, kita sesungguhnya tidak bertobat. Ketika kita bertobat, kehidupan kita berubah. Presiden Kimball mengatakan “Pertama, seseorang bertobat. Setelah memperoleh tempat pijakan itu dia kemudian harus menjalankan perintah-perintah Tuhan untuk mempertahankan tempatnya yang menguntungkan itu. Ini penting untuk memastikan pengampunan sepenuhnya” Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Spencer W. Kimball, 52. Bagaimana ajaran-ajaran dalam bagian ini berbeda dengan gagasan yang salah bahwa pertobatan adalah pelaksanaan dari daftar langkah-langkah sederhana atau tindakan-tindakan rutin? Bagaimana Pertobatan Menolong Kita Dalam cara-cara apa pertobatan menolong kita? Sewaktu kita bertobat, Kurban Tebusan Yesus Kristus menjadi efektif seutuhnya dalam kehidupan kita, dan Tuhan mengampuni dosa-dosa kita. Kita terbebas dari perbudakan dosa-dosa kita, dan kita menemukan sukacita. Alma menceritakan pengalamannya tentang bertobat dari masa lalunya yang penuh dosa “Jiwaku dilukai [terbebani] dengan sangat hebat dan disiksa oleh segala dosaku. Ya, aku teringat akan segala dosa dan kedurhakaanku, untuk mana aku disiksa dengan penderitaan neraka. Ya, aku melihat bahwa aku telah berontak melawan Allahku dan bahwa aku tidak mematuhi perintah-perintah-Nya yang kudus. … Demikian besar adalah kedurhakaan-kedurhakaanku sehingga memikirkan menghadap ke hadirat Allahku saja menyiksa jiwaku dengan kengerian yang tak terkatakan. … Dan terjadilah bahwa ketika aku … dilukai oleh ingatan akan dosa-dosaku yang banyak, lihatlah, aku teringat juga bahwa aku telah mendengar ayahku bernubuat … mengenai kedatangan seorang Yesus Kristus, Putra Allah, untuk menebus dosa-dosa dunia. Maka ketika jiwaku menangkap pikiran ini, aku berseru di dalam hatiku Ya Yesus, Engkau Putra Allah, kasihanilah aku …. Maka lihatlah, ketika aku memikirkan ini, aku tidak dapat mengingat rasa sakitku lagi …. Dan ya, betapa sukanya dan betapa menakjubkan terang yang kulihat. Ya, jiwaku dipenuhi dengan kesukaan yang sama luar biasanya seperti rasa sakitku! … Tiada suatu hal pun yang dapat begitu enak dan nikmat seperti kesukaanku” Alma 3612–14, 17–21. Bagaimana pertobatan dan pengampunan memberi Alma sukacita? Bahaya dari Menangguhkan Pertobatan Kita Apa beberapa kemungkinan akibat dari menangguhkan pertobatan kita? Para nabi telah menyatakan bahwa “kehidupan ini adalah saat bagi manusia mempersiapkan diri untuk bertemu Allah” Alma 3432. Kita hendaknya bertobat sekarang, setiap hari. Ketika kita bangun di pagi hari, kita hendaknya mengintrospeksi diri untuk memastikan apakah Roh Allah menyertai kita. Di malam hari sebelum kita tidur, kita hendaknya meninjau kembali tindakan dan perkataan kita sepanjang hari itu dan memohon kepada Tuhan untuk membantu kita mengenali apa yang kita perlu bertobat. Dengan bertobat setiap hari dan meminta Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, kita akan mengalami proses menjadi sempurna setiap hari. Sebagaimana dengan Alma, kebahagiaan dan sukacita kita dapatlah nikmat dan enak. Tulisan Suci Tambahan Matius 910–13; Lukas 133; Yehezkiel 1830 bertobat atau binasa Alma 721 tidak ada yang tidak bersih dapat tinggal di hadirat Allah 2 Korintus 79–10 dukacita menurut kehendak Allah Mosia 410–12 langkah-langkah menuju pertobatan Yesaya 118; Mosia 2628–32 pertobatan mendatangkan pengampunan A&P 5842 dosa-dosa tidak diingat lagi 2 Nefi 923 pertobatan perlu bagi keselamatan 2 Nefi 221 bertobat saat masih hidup A&P 1915–20 Tuhan telah memerintahkan kita untuk bertobat agar kita tidak perlu menderita seperti Dia
Inifenomena biasa yang terjadi dimasa ini, dimana sentiasa berlaku tarik-menarik antara para pelaku dosa dan orang-orang yang bertaubat. Masing-masing bersenang hati menerima kehadiran kembali seseorang yang selama ini berpisah dari mereka. Orang-orang yang bertaubat senang menerima hadirnya pelaku dosa yang kembali bertaubat atas dosa-dosanya.
Pertanyaan Jawaban Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan Lukas 38-14, Kisah Para Rasul 319. Kisah Para Rasul 2620 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Para Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan Kisah Para Rasul 238, 319; 1118; 1730; 2021; 2620. Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, itu merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta Kisah Para Rasul 2 dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat Kisah Para Rasul 238. Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus Kisah 236 untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” Kisah 236. Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias, menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat. Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidak mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan yang alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Saudara dari yang tadinya menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus. Penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil perbuatan kita demi mendapatkan keselamatan. Tidak seorang pun dapat bertobat dan datang kepada Allah, kecuali Allah sendiri yang menarik orang tersebut. Kisah Para Rasul 531 dan 1118 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugerahNya. Tidak ada seorang pun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugerahkan pertobatan. Segala sesuatu yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, itu hasil karya Allah dalam menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan 2 Petrus 39, demikian pula kebaikanNya Roma 24. Sekalipun pertobatan bukan perbuatan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang berujung pada keselamatan pasti menghasilkan satu perbuatan. Tidak mungkin mengubah pikiran Saudara mengenai Kristus tanpa diikuti perubahan perilaku. Dalam Alkitab, pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” Matius 38. Seseorang yang benar-benar telah bertobat, dari yang tadinya menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus, akan terlihat melalui hidupnya yang berubah 2 Korintus 517, Galatia 519-23, Yakobus 214-26. Pertobatan, jika didefinisikan secara tepat, itu perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang alkitabiah adalah mengubah pikiran Saudara mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan Kisah 319. Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan salah satu hasil pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan?

Ketahuilahkebahagiaan seorang ayah ketika dia melihat anak yang hilang tiba di kejauhan, ketika dia kembali dari dunia yang merayunya dan menghancurkan mimpi dan kantongnya. (Efesus 1:13). Ini berarti bahwa seorang pendosa yang bertobat menerima dari Allah Rohnya untuk dibimbing. Oleh karena itu, cincin berarti bahwa orang ini adalah milik

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID hiAWGOsC4iamG3Wo7V-MnuImg06feS7QCIGVdvBn12H0Kg4lYOQudA==
Apayang Anda pikirkan ketika seseorang bertanya kepada Anda apakah Anda sudah bertoba? Apakah Anda pernah bertanya kepada diri Anda sendiri, “Apa yang akan terjadi kepada diri saya jika saya tidak bertobat?” Kiranya Anda dapat disadarkan akan kebutuhan Anda akan pertobatan melalui beberapa jawaban dari Richard Baxter berikut ini. 1.
bagusp Official Writer Banyak dari kita yang menyesali perbuatan dosa kita lalu berusaha untuk bertobat namun sering jatuh dalam dosa yang sama berulang-ulang kali sampai kita masuk ke dalam titik jenuh akan penyesalan tersebut dan akhirnya kita merasa percuma untuk bertobat, karena kita berpikir ke depan pasti kita akan melakukannya kembali. Hal ini terjadi karena kita kurang memahami arti dari pertobatan dan kita tidak melakukan pertobatan dengan cara yang benar. Bertobat dalam bahasa yunani berasal dari kata Yunani yang memiliki arti perubahan pikiran. Jadi pertobatan bukan hanya penyesalan tapi bersedia meninggalkan dosa-dosa. Dalam alkitab kita bisa mengambil pembelajaran dari kisah Saul dan Daud Makam Raja Daud ditemukan, mereka berdua sama-sama pernah melakukan dosa yang sangat jahat di mata Tuhan namun ada perbedaan respon yang mereka ambil ketika mereka mengetahui kesalahan mereka. Saul tidak taat pada perintah Allah untuk menumpas seluruh bangsa Amalek termasuk ternak, namun dengan sengaja Saul mengambil ternak orang Amalek. Samuel menegur Saul namun dia beralasan menyisakan ternak untuk mempersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan. Saul tidak bertobat justru dia berusaha membenarkan tindakannya. Berbeda dengan Daud, ketika dia ditegur oleh Tuhan melalui Nabi Natan karena telah membunuh Uria untuk menjadikan Batsyeba Istri Uria sebagai istrinya. Daud tidak berusaha membenarkan tindakannya tersebut, dia menyadari dan mengakui kesalahannya dengan kerendahan hati dan mulai mengarahkan diri kembali kepada Allah dengan berpuasa dan berdoa. “Lalu berkatalah Daud kepada Natan "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu engkau tidak akan mati” - 2 Samuel 1213 Setiap dosa pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung, begitu pula yang dialami oleh Saul, ketika dia tidak bertobat dan semakin memakai caranya sendiri untuk memimpin Israel, Roh Tuhan mulai undur darinya. Sementara Daud walaupun harus menerima kenyataan bahwa anak pertamanya dengan Batsyeba harus meninggal sebagai hukuman atas dosa yang dilakukannya, Daud mengalami pemulihan dan bahkan Tuhan memberkati rumah tangga Daud dengan Batsyeba dengan mengaruniakan Salomo sebagai anak mereka. Dari kisah tersebut kita bisa mengetahui pertobatan itu penting karena dengan pertobatan kita bisa menerima pengampunan dari Tuhan sehingga kita bisa terhindar dari murka Allah, hidup terberkati, semakin dipulihkan dan menghasilkan sukacita surgawi karena kita telah terbebaskan dari dosa-dosa kita. Tahap yang paling sulit setelah pertobatan adalah mempertahankan pertobatan itu sendiri, sehingga ada beberapa point yang harus kita ketahui untuk mempertahankan pertobatan kita, sbb 1. Jadikan dasar pertobatan kita karena kita mengasihi Tuhan. Upah dosa adalah maut, bagi siapapun yang masih bertahan dalam dosa pasti tidak akan memiliki keselamatan, namun disayangkan banyak orang-orang yang bertobat karena rasa takut masuk neraka. Hal ini bukanlah alasan yang tepat untuk melakukan pertobatan. Jangan jadikan pertobatan hanya untuk memperoleh keselamatan, tapi jadikan pertobatan karena kita mengasihi Tuhan dan ingin taat untuk setiap perintahnya. Kita harus mengingat keselamatan adalah anugrah yang Tuhan berikan bagi setiap anak Tuhan yang mengasihi-Nya. ”Kata Yesus kepada mereka "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." - Yohanes 834-36 2. Merubah pola pikir kedagingan. Pertobatan lebih dari sekedar ucapan penyesalan, lebih dari sekedar doa memohon ampun, lebih dari sekedar didoakan hamba Tuhan. Pertobatan adalah langkah untuk kita bertindak merubah setiap pola pikir kita yang terikat dengan kedagingan menjadi pola pikir anak-anak Tuhan yang telah dimerdekakan dari dosa. Dengan memiliki pola pikir yang sudah dirubah maka kita akan memiliki arah hidup yang selalu tertuju kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, berani menyangkal diri dan mengambil bagian dalam pelayanan tanpa batas bagi Tuhan. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. - Roma 122 3. Membuat komitmen untuk meninggalkan dosa. Sangat mudah bagi kita terjatuh dalam dosa yang sama karena iblis memakai dosa lama kita sebagai senjata paling ampuh menjatuhkan kita karena itu diperlukan sebuah komitment untuk meninggalkan dosa tersebut. Langkah yang bisa diambil untuk memperkuat komitmen kita, yaitu fokus dengan masa depan kita dan jangan mengingat apa yang pernah menjadi dosa kita karena hal tersebut bisa mengintimidasi kita dan yang paling penting menjaga keintiman kita dengan Tuhan sehingga tidak ada cela untuk iblis memasuki kehidupan kita. “….. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku” - Filipi 313 Mungkin kemarin kita pernah gagal untuk mempertahakan pertobatan yang kita lakukan dan berulang-ulang kali jatuh dalam dosa yang sama, mari jangan takut untuk tetap melakukan pertobatan dengan sungguh-sungguh dan dengan kerendahan hati mengakui semuanya dihadapan Tuhan. Tuhan sangat mengasihi kita dan rindu untuk kita tetap berkenan dan melekat bersamanya. Anda diberkati dengan konten-konten kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini. Yuk bergabung jadi mitra hari ini. Sumber Halaman 1 GuillaumeBignon, seorang Atheis yang membenci Tuhan, mengunjungi Gereja "Sebagai seseorang yang mengunjungi kebun binatang untuk melihat binatang eksotis". Tapi kemudian ia pun ditangkap Tuhan. "Saya membenci Tuhan dan saya membenci agama," katanya kepada CBN. Dia tetap berpegang pada "posisi default" di Prancis bahwa tidak ada Tuhan. SEBAGAI manusia pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang sengaja dan tidak. Ternyata Islam memiliki syarat bertobat. Yaitu agar seorang muslim dapat bertobat dengan sepenuh hati dan jiwanya, tidak mengulanginya dan menjadikannya pelajaran untuk ke depannya. Sebagian hukama mengatakan ketika orang berakal bertobat, hendaklah dia melakukan perkara-perkara di bawah ini, 1. Syarat Bertobat Selalu Beristighfar dengan Lisannya Dengan beristighfar, Allah membuka pintu-pintu tobat hambanya. Rasulullah ﷺ bersabda, dalam Hadist Riwayat Bukhari nomor 6307 yang artinya “Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertobat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali. Maka teruslah beristighfar agar Allah memberikan ampunannya dan juga ini adalah bentuk untuk terus mengingat Allah dalam setiap aktivitas. Dengan ini diharapkan juga seorang hamba dapat terus taat dan enggan berlaku lalai. 2. Syarat Bertobat Penyesalan di Dalam Hati Tentu dalam bertobat perlu sekali penyesalan yang mendalam dari seorang hamba-Nya. Karena jika tidak ada penyesalan, maka akan ada kemungkinan untuk mengulanginya kembali. Harusnya seorang hamba merasa malu karena setiap aktivitasnya dilihat oleh Allah. Maka hendaknya seorang hamba mengontrol aktivitasnya sesuai perintah Allah. Dan ketika sudah bertobat, berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi. Aturan Allah bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Semua akan dimintai pertanggungjawaban, maka pergunakanlah waktu yang Allah beri untuk banyak-banyak bertobat dan beramal saleh. BACA JUGA Allah SWT Maha Pengampun, Jangan Pernah Berhenti Bertobat 3. Syarat Bertobat Bertekad untuk Tidak Mengulangi Dosa Selamanya Seorang muslim sering sekali merasa seakan bisa hidup sangat lama, maka dengan mudah ia mengulangi dosa-dosa yang sudah jelas-jelas Allah larang. Hal itu dengan alasan yakin bahwa akan ada waktu lagi untuk bertobat. Padahal, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi bahkan satu detik ke depan. Jadi berhentilah untuk mengulangi segala dosa dan berjanjilah untuk istiqomah pada ketaatan. Jangan sampai seorang hamba menyesal dikemudian hari dan ingin memperbaiki hal yang sudah tidak bisa diperbaiki. 4. Syarat Bertobat Mengekang Anggota Badan untuk Tidak Berbuat Dosa Dalam meninggalkan dosa butuh ketegasan yang kuat pada diri sendiri. Seperti menjaga mata dari melihat hal yang diharamkan, menjaga lisan dari berkata kasar, menjaga tubuh dari kemaksiatan dan menjaga pikiran agar selalu bersandar pada Islam. Semua butuh usaha yang tidak mudah, maka berbahagialah bagi seorang hamba yang bisa menjaga dirinya dari berbuat dosa. Semua itu butuh pembiasaan dan konsistensi. Karena bila diri dibiasakan dengan dosa, maka akan terbiasa berbuat dosa, begitu pun sebaliknya. 5. Syarat Bertobat Mencintai Akhirat Perbanyaklah mengingat akhirat dan jadikanlah akhirat sebagai tujuan. Karena dunia hanyalah sementara dan jangan sampai seorang hamba tenggelam di dalamnya. Rasulullah ﷺ juga bersabda yang artinya, “Barang siapa cinta terhadap dunia, maka akan menyebabkan yang seseorang terpeleset, jatuh dalam kesalahan, kemaksiatan dan kebodohan.” BACA JUGA Saat Iblis pun Ingin Bertobat 6. Syarat Bertobat Membenci Kesenangan Duniawi Foto Unsplash Setan dengan sungguh-sunguh menggoda manusia agar dapat terfokus pada dunia. Maka seorang muslim harusnya sadar bahwa kesenangan dunia sering sekali melalaikan dari ketaatan. Hendaknya seseorang tidak terjebak dengan kesenangan dunia yang fana ini. Muslim harus tahu tujuan hidup yaitu beribadah kepada Allah. Karena bila hidup hanya seputar kesenangan duniawi, maka jika seorang hamba mati ia tidak akan memiliki bekal yang cukup. Oleh karena itu, hendaknya dunia dijadikan sarana untuk dapat menggapai ridha-Nya. 7. Syarat Bertobat Sedikit Berbicara Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang banyak bicara maka banyak pula kesalahannya. siapa yang banyak salahnya maka banyak pula dosanya. Siapa yang banyak dosanya maka neraka adalah sebaik-baiknya tempat baginya.” Maka lebih baik diam ketimbang berbicara hal yang tidak baik. “Orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya berkata yang baik atau jika tidak bisa lebih baik diam” HR. Bukhari. 8. Syarat Bertobat Mengurangi Porsi Makan dan Minum Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, “Para wali kekasih Allah adalah orang yang membiasakan lapar dan haus. Siapa yang menyakiti mereka maka Allah akan membalasnya, membuka aibnya dan mengharamkan hidup di surga-Nya.” HR. Ibnu an-Najjar. Maka dalam Islam pun diajarkan untuk berpuasa, yang di dalamnya seorang hamba bisa lebih menjaga segala hawa nafsunya akan dunia. Dan Allah juga tidak menyukai orang-orang yang rakus atau berlebihan. 9. Syarat Bertobat Tekun dalam Menuntut Ilmu dan Beribadah Foto Unsplash Sebagaimana Islam sangat mengutamakan keduanya. Bagaimana tidak, dalam beribadah pastilah butuh pengetahuan dan ilmu dahulu sebelum akhirnya melakukannya. Maka jangan berhenti mencari ilmu yang sangat luas ini dan jadikan ilmu itu bermanfaat di jalan Allah, sebagai sarana beribadah dan tentunya sebagai menambah kesadaran agar diri lebih taat. 10. Syarat Bertobat Sedikit Tidur Maksudnya adalah hendaknya siang hari selalu dipenuhi dengan berbuat baik dan melaksanakan ketaatan. Jangan lupa juga untuk memohon ampun kepada Allah. dan di malam hari sedikit tidur, lalu bermunajat kepada-Nya. Karena itu adalah ciri orang yang dicintai oleh Allah. Itulah sepuluh syarat bertobat yang harus diketahui dan tentunya dilaksanakan. Semoga setiap muslim bisa selalu bertobat dan memohon ampun kepada Allah. SUMBER Nasha ih al-ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad Oleh Syekh Nawawi al-batani Penerjemah Fuad Saifudin Nur WALIPUSTAKA 2016
Selanjutnya apa yang terjadi ketika pengadilan banding membalikkan keputusan pengadilan yang lebih rendah? Seperti yang tersirat dalam penggunaan kata “terbalik”, pengadilan banding membalikkan keputusan hakim pengadilan , tetapi tidak dan tidak akan hanya memaksakan atau mengganti keputusannya dengan pengadilan .
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kita mempunyai satu pemahaman yang sama, bahwa saat Tuhan mengizinkan masalah terjadi pada kehidupan seseorang. Salah satu alasannya adalah agar orang tersebut bertobat. Tetapi pertanyaan, apakah sebuah bencana atau masalah pasti membuat seseorang bertobat? Harusnya bertobat, bukan? Karena dalam bayangan kita, di mana saat orang yang sudah tidak berdaya, berada diujung tanduk kematian harusnya tidak ada pilihan lain, selain dia bertobat dan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi, realitanya tidak semua masalah, bencana membawa manusia kepada pertobatan. Ada yang bukannya bertobat, malahan semakin keras hati. Ada seorang bapak yang sakit parah. Lalu saya meminta dia untuk bertobat. Hasilnya dia marah-marah dan tetap mengeraskan hati untuk tidak mau bertobat. Padahal nafasnya sudah sesak. Dia tetap meneruskan kebiasaan minum arak dan mabuk-mabukkan. Dia tidak takut kepada penyakit dan tidak takut mati. Malahan berkata, mati ya sudah, ngapaian takut mati, kapanpun juga mati. Bahkan menyalahkan Tuhan. Jika ada Tuhan, mengapa Tuhan tidak menolong saya? Sepertinya semua salah itulah, yang dilakukan oleh bangsa Israel. Sekalipun Tuhan sudah menghukum Korah, Datan dan Abiram dengan membuat tanah tempat mereka berdiri, terbelah menjadi dua hingga mereka terkubur hidup-hidup Bil. 1631-32. Harusnya orang-orang yang melihat kejadian tersebut segera tertobat, tetapi mereka tidak bertobat justru menyalahkan Musa. "Tetapi pada keesokan harinya bersungut-sungutlah segenap umat Israel kepada Musa dan Harun, kata mereka "Kamu telah membunuh umat Tuhan. Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun, dan mereka kamu telah membunuh umat Tuhan." Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun...Bil. 1641-42a."Mengapa manusia saat sudah berada dalam bencana dan masalah tetap tidak mau bertobat? kalau pertanyaan kita dikaitkan dengan Pandemi kali ini, Mengapa mereka tidak bertobat, padahal wabah sudah bersifat global? Jawabannya karena kita tidak yang ingin saya katakan? Sebenarnya bukan mereka yang harus bertobat, tetapi kita yang harus bertobat. Jika kita bertobat pasti kita akan tahu mereka sudah bertobat. 1 2 3 4 Lihat Humaniora Selengkapnya Ketikakita berdosa dan menginginkan pengampunan, hati yang patah dan jiwa yang penuh sesal berarti mengalami ‘dukacita menurut kehendak Allah [yang] menghasilkan pertobatan’ ( 2 Korintus 7:10 ). Ini terjadi jika hasrat kita untuk dibersihkan dari dosa begitu besar sehingga hati kita sakit karena berduka dan kita merindukan kedamaian
Waktu terbaik bertobat. JAKARTA - Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin mengingatkan orang-orang yang sedang bertobat untuk mengingat tiga hal. Dijelaskan juga bahwa penyesalan dan tobat adalah dua hal yang berbeda. Tiga hal yang harus diingat saat bertobat yang pertama adalah, menyadari betapa buruknya dampak dosa-dosa yang telah dilakukan terhadap hatinya. Kedua, ingat kerasnya siksa Allah SWT, kepedihan yang akan dialami akibat murka dan kemarahan-Nya yang tidak akan sanggup untuk kamu hadapi. Ketiga, seorang hamba mesti menyadari besarnya kelemahan dan kurangnya tenaga untuk bisa menahan diri dari godaan dosa. Mana mungkin orang yang tidak tahan dengan panasnya matahari dan tamparan tangan manusia akan sanggup menahan panasnya api neraka dan pukulan pentungan berduri dari malaikat Zabaniah. Mereka juga tidak mungkin kuat menahan gigitan ular yang besarnya seperti leher unta, sengatan kalajengking-kalajengking sebesar keledai yang diciptakan dari api di neraka jahanam. Semoga Allah melindungi kita dari semua itu dan semoga Allah melindungi kita dari murka serta azabnya. Jika kamu sering mengingat hal-hal tersebut dan membiasakan diri dengan mengingatnya di tengah malam dan siang hari. Maka ia akan membawa kepada tobat nasuha dari dosa-dosa yang pernah kamu lakukan, dan Allah yang memberikan taufik serta anugerah. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, "Penyesalan itu adalah tobat." Nabi Muhammad SAW tidak menyebutkan syarat-syarat ketat tobat. Ketahuilah bahwa penyesalan dan tobat itu merupakan dua perbuatan yang berbeda. Rasa sesal tidak bisa menjadi ukuran karena itu menyangkut perbuatan-perbuatan yang tidak sengaja atau tidak ia inginkan terjadi, sedangkan tobat merupakan tindakan yang sadar dilakukan oleh seorang hamba berkenaan dengan perbuatan dosa yang sengaja ia lakukan. Seseorang bisa sangat menyesal terhadap sebuah dosa yang ia lakukan, karena dosa itu telah merusak kebaikan dan kehormatannya, dan mungkin telah merugikan secara duniawi. Penyesalan itu bukanlah tobat, apa yang dimaksud dalam hadis di atas adalah hanya dengan menyesali dosa-dosa maka ia akan bertobat, dan penyesalan itu benar-benar merupakan sifat seorang hamba Allah. Jika seorang yang bertobat tetap memperhatikan dan mengingat tiga yang harus di ingat saat bertobat, maka rasa sesal akan lahir di hatinya, itu akan mampu mencegah dari perbuatan dosa. Adanya rasa sesal di hati ini akan mengarahkan orang itu kepada sikap selalu memohon dan merendahkan diri di hadapan Allah. Menyesali dosa merupakan sebab dari lahirnya tobat dan merupakan sifat orang-orang yang bertobat. Itulah mengapa Rasulullah menamakan dengan tobat, pahamilah hal itu agar Allah memberi taufik kepada kamu. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.
73 Sesungguhnya kafirlah orang orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al Maidah 73)
Menjadi manusia sempurna tanpa dosa atau kesalahan sedikit pun tentu sangat tidak mungkin. Bahkan dalam sebuah kalam hikmah disebutkan, “Manusia adalah tempat salah dan dosa”. Ungkapan sederhana, namun menyimpan banyak makna di dalamnya. Dengan ungkapan tersebut, manusia tidak mempunyai alasan untuk sombong dan merasa lebih baik dari orang lain, karena antara dirinya dan orang lain sama-sama pernah melakukan dosa. Manusia dengan segala keterbatasan dan kekurangannya selalu diliputi kemungkinan berbuat dosa, baik disengaja atau tidak sekalipun. Apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai jiwanya. Ia akan menjadi mainan yang sangat gampang untuk diajak berbuat kesalahan dan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi itu, ketaatan seolah tidak bernilai sama sekali dalam kehidupannya. Namun, meski manusia tidak bisa lepas dari dosa, atau bahkan dosa-dosanya sudah menumpuk, bukan berarti tidak ada lagi jalan untuk memperbaiki dirinya. Karena, betapa pun besar dan menggunung dosa seorang hamba, pintu rahmat Allah selalu terbuka. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memperbaiki dirinya, yaitu dengan cara bertobat dari perbuatan-perbuatan yang berkonsekuensi dosa. Secara etimologi, tobat berarti kembali. Sedangkan secara terminologi, tobat berarti meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang hina menuju pekerjaan yang mulia. Atau jika disederhanakan, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, yaitu menyucikan hati dari dosa. Tobat menjadi sangat penting untuk dilakukan, karena dengannya, seseorang bisa membersihkan hati dari dosa-dosa yang mengotorinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ Artinya, “Semua anak adam manusia melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat” HR At-Tirmidzi. Cara-cara Bertobat Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Tajul Arus menjelaskan tentang dua cara bertobat yang bisa ditempuh seorang hamba, yaitu 1. Al-Muhasabah intropeksi Maksdunya, orang yang ingin betobat harus tidak lepas dari introspeksi. Caranya, selalu berpikir sepanjang umurnya, jika waktu pagi datang, maka berpikirlah perihal apa yang akan dilakukan olehnya pada malam hari. Jika menemukan pekerjaan taat, maka bersyukurlah pada Allah, dan jika menemukan pekerjaan maksiat, maka istighfarlah kepada-Nya dan segera bertobat. Tidak cukup dengan itu, ia harus mencela dirinya atas maksiat yang diperbuat. Karena, tidak ada cara paling ampuh dalam bertobat selain mencela diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Jika tips ini dilakukan, maka Allah akan memberikan kemuliaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah, yaitu فان فعلت ذلك أبدلك الله بالحزن فرحا، وبالذل عزا، وبالظلمة نورا، وبالحجاب كشفا Artinya, “Jika tips di atas dilakukan, maka Allah akan menggantikan kesedihan dengan bahagia, hina dengan mulia, gelap dengan cahaya, dan kondisi terhalang dari Allah dengan terbuka mengenal Allah” Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Farhatun Nufus bi Syarhi Tajul Arus, [Beirut Dar al-Kutub 2015], h. 17. Tidak cukup dengan itu, seorang hamba harus merasa bahwa dirinya selalu ada dalam pengawasan Allah ﷻ. Dengannya, tidak akan melakukan pekerjaan yang berujung dosa, bahkan tidak melakukan pekerjaan dengan tujuan selain Allah ﷻ. Dosa dalam diri manusia menjadi penyebab kegelapan hati yang selalu membekas. Maksiat bagaikan api, sedangkan dosa sebagai asapnya. Jika asap api mengenai rumah, seindah apa pun rumahnya akan menjadi tidak elok dipandang dan tidak nyaman ditempati. Begitupun dengan manusia, sebersih apa pun dia dari kesalahan. Jika maksiat sudah diperbuat olehnya, dan dosa menjadi konsekuensinya, maka Allah tidak akan senang dengannya, sehingga ia akan semakin jauh dari Allah. Oleh karenanya, tidak ada cara lain selain membersihkan dosa dalam diri manusia kecuali dengan cara bertobat. 2. Al-Ittiba’ mengikuti Rasulullah Maksudnya, orang yang ingin bertobat harus tunduk patuh mengikuti Rasulullah dalam semua tindakannya, seperti pekerjaan, ucapan, dan ibadahnya. Apalah arti sebagai umat Nabi Muhammad jika semua pekerjaan yang dilakukan justru tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah? Seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya selama ia tunduk patuh dan mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam kehidupannya sehari-hari. Ketentuan kedua ini begitu jelas, dalam Al-Qur’an Allah memerintahkannya, yaitu قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Artinya, “Katakanlah Nabi Muhammad, Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS Ali Imran 31 Mengikuti jejak langkah yang dipraktikkan oleh Rasulullah, menunjukkan sebagai upaya menjadi bagian darinya. Berusaha menjadi bagian Rasulullah artinya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Begitupun sebaliknya, tidak mengikuti Rasulullah artinya tidak ingin menjadi bagian darinya, dan tentu juga ingin menjauh dari Allah. Naudzubillah. Penjelasan tersebut mengingatkan kita pada kisah yang terjadi beberapa abad yang lalu, tepatnya ketika peristiwa perang Khandaq, yaitu pengakuan Rasulullah pada sahabat Salman al-Farisi yang dinyatakan sebagai keluarganya. Dalam haditsnya, secara jelas Rasulullah bersabda سلمان منا أهل البيت Artinya, “Salman merupakan bagian dari kita, sebagai keluarga.” Imam Suyuthi, Jam’ul Jawami’, juz 1, h. 1334 Sebagaimana diketahui, sahabat Salman bukanlah keturunan Rasulullah, bahkan tidak termasuk dari golongan suku Quraisy. Ia hanyalah pendatang dari kota Persia untuk masuk Islam. Betapapun demikian, sikap tunduk patuh dan mengikuti semua tingkah laku Rasulullah menjadikan orang Persia itu bagian darinya, bahkan dianggap sebagai keluarganya. Jika tunduk patuh dalam mengikuti langkah Rasulullah bisa dianggap sebagai bagian darinya, tentu mereka yang tidak mengikuti tidak bisa dianggap sebagai bagiannya. Hal ini tergambar secara jelas dalam kisah Nabi Nuh alaihissalam, ketika menganggap anaknya sebagai bagian darinya. Lantas, Allah berfirman kepadanya قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ Artinya, “Dia Allah berfirman, Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik.” QS Hud 46. Dua peristiwa di atas menjadi sebuah bukti bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ ketika bertobat selain mengikuti jejak Rasulullah. Bahkan Allah sudah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang taat pada Rasul-Nya sebagaimana disebutkan pada ayat di atas. Sunnatullah, santri sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur. .
  • gygrbh0ge8.pages.dev/574
  • gygrbh0ge8.pages.dev/549
  • gygrbh0ge8.pages.dev/840
  • gygrbh0ge8.pages.dev/434
  • gygrbh0ge8.pages.dev/858
  • gygrbh0ge8.pages.dev/175
  • gygrbh0ge8.pages.dev/96
  • gygrbh0ge8.pages.dev/592
  • gygrbh0ge8.pages.dev/353
  • gygrbh0ge8.pages.dev/652
  • gygrbh0ge8.pages.dev/260
  • gygrbh0ge8.pages.dev/460
  • gygrbh0ge8.pages.dev/567
  • gygrbh0ge8.pages.dev/919
  • gygrbh0ge8.pages.dev/173
  • apa yang terjadi ketika seseorang bertobat