Padamusim kemarau hama tanaman lebih intens pada jenis serangga seperti kutu daun yang menularkan virus keriting dan bulai. Pada musim kemarau anda juga harus rajin melakukan pengairan. Daftar tanaman yag cocok ditanam saat musim kemarau adalah: Jagung, Ubi, Ketela, Tomat, Kentang, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Labu, dll.
Para petani di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur memanfaatkan lahan rawa yang mengering karena musim kemarau, dengan menanam jenis tanaman palawija Petani memanfaatkan tanah gembur dengan sisa air di rawa yang mengering dengan menanam melon, semangka dan palawija Bertani di rawa kering tidak terbebas dari kerugian, karena tanaman palawija atau padi bisa keburu tenggelam saat air mulai menggenangi rawa, sebelum dipanen. Ditambah lagi cuaca saat ini sulit ditebak karena pengaruh perubahan iklim Petani mengaku belum mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah setempat. Bantuan pemerintah hanya bagi pemilik lahan, sedangkan petani penggarap rawa tidak punya lahan, karena lahan rawa seluas 1,340 ha merupakan lahan milik Pemkab Lamongan. Siang itu, di bawah panas terik matahari, sejumlah petani nampak beraktifitas bercocok tanam di ladang garapannya. Ada yang baru memulai tanam, ada yang membersihkan gulma, tidak sedikit pula yang terlihat menyiram tanaman menggunakan gembor. Para petani ini bercocok tanam memanfaatkan lahan rawa yang mengering karena musim kemarau, dengan menanam jenis tanaman palawija di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu 14/08/2019. “Awal bulan Agustus ini baru mulai tanam. Ini pertama kalinya saya menanam jagung, biasanya kalau tidak tanam melon ,ya semangka,” ujar Soleh, salah satu petani setempat disela-sela membersihkan gulma di lahan garapannya itu. Soleh mengaku, jagung yang dia tanam ini baru berumur dua mingguan, menyusul semakin menipisnya air yang biasa menggenang rawa itu saat musim hujan. Jika musim hujan, katanya, air bisa menggenang rawa itu sampai 10 meter, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam jenis tanaman apapun. baca Kemarau Datang, Air Telaga Jadi Andalan Lahan rawa yang airnya menyusut karena musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Para petani memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami palawija. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Sebaliknya, warga sekitar baru bisa memanfaatkan rawa tersebut ketika musim kemarau seperti saat ini, karena pada saat kemarau air di rawa itu bisa habis sampai tanahnya terlihat retak-retak, sehingga warga sekitar bisa bercocok tanam. “Tanahnya lebih gembur, jadi enak digunakan untuk menanam,” timpal Jarwi 70, istri Soleh yang juga melakukan pekerjaan yang sama. Saat awal datang musim hujan, pasangan suami istri ini mengaku, masih bisa memanfaatkan rawa tersebut untuk menanam padi. Itu juga menurutnya untung-untungan, kadang bisa bertahan sampai musim panen tiba. Terkadang pula rugi, karena padi yang mereka tanam keburu tenggelam karena airnya sudah pasang. Jadi tidak sempat untuk memanen, hal itu menurutnya karena cuaca saat ini sulit ditebak. “Bertani ini sama kayak pedagang. Kadang ya untung, kadang ya rugi,” tutur Jarwi, menceritakan pahit-manisnya bertani yang sudah dilakoninya sejak dari kecil. baca juga Adakah Solusi Permanen Krisis Air Bersih Ketika Kemarau Datang? Sepasang suami istri membersihkan tanaman jagung yang ditanam dilahan rawa, saat musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Sering Rugi Banyak faktor yang dihadapi petani saat ini, Soleh mengaku sekarang ini petani justru malah sering rugi. Selain penyakit yang menyerang tanaman semakin beragam. Faktor perubahan cuaca juga sangat mempengaruhi. Soleh beranggapan, bertani yang dilakoninya saat ini rasanya tidak seperti dulu. Kalau dulu bertani tidak banyak penyakit. Hal itu, menurutnya, karena pola pengobatan tanaman masih menggunakan cara yang natural, dengan memakai bahan-bahan alami yang ada disekitar, cukup dengan dedaunan yang dikeringkan, lalu dicampur dengan kotoran sapi. Ketika itu, cerita bapak dua anak ini, pupuk alami masih banyak dijumpai di daerah tersebut. Karena dulu masih banyak peternakan sapi, selain itu juga masih banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan. Seiring berjalannya waktu, mencari bahan alami sekarang ini di rasa semakin sulit karena perubahan zaman. Sudah banyak pelaku ternak yang beralih profesi menjadi kuli bangunan dan juga buruh pabrik. menarik dibaca Mengapa Oyek dan Gaplek Jadi Andalan Ketika Kemarau Tiba? Petani bersiap menyiram tanaman miliknya yang ditanam di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Di lain sisi, untuk pola pengobatan tanaman saat ini juga mengikuti pola petani pada umumnya, yaitu dengan menggunakan pupuk yang serba instan, sehingga mau tidak mau dia juga harus beradaptasi dengan pola bertani para petani yang ada disekelilingnya itu. Tapi bagi Sholeh, pola serba instan itu, sebenarnya justru malah menimbulkan penyakit yang bermacam-macam, harga obat tanaman baginya juga mahal. Sehingga dalam beberapa waktu ini dia terus mengalami kerugian. “Tanah saya habis terjual untuk memenuhi kebutuhan bertani, ini saya nggarap punya orang yang sebelumnya nggarap di rawa ini. Sistemnya bagi hasil,” kata pria paruh baya itu. Selaras dengan Soleh, Lilik Sumarlik, petani yang juga memanfaatkan lahan rawa yang mengering itu, juga mengaku merasakan hal sama. Berprofesi sebagai petani di lahan rawa ini kadang senang, begitu juga sebaliknya. Senangnya, selain dekat dengan sisa-sisa air, lahan rawa yang mengering ini juga bisa lebih mudah digarap. Karena kontur tanah yang awalnya berlumpur. Namun, perempuan kelahiran 1963 itu juga mengaku, sudah dua tahun ini tidak mendapatkan hasil. Kesuburan tanah rawa, katanya, tidak sebanding dengan banyaknya penyakit yang menyerang tanaman yang dia rawat, seperti hama ulat yang menyerang daun, begitu juga dengan tikus yang menyerang batang, akar hingga buah. baca juga Foto Kemarau, Sawah di Aceh Gagal Panen Buruh tani membersihkan gulma di lahan rawa mengering karena musim kemarau. Para petani memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami palawija. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Selain itu, faktor cuaca juga menurutnya sangat mempengaruhi kegagalan panen yang dirasakan. “Cuaca saiki iku maju mundur, biasane Agustus iku wes panen, lha iki baru mulai tandur. Opo mergane bumine wes tuo cuaca sekarang ini maju mundur, biasanya panen pada bulan agustus. Tapi sekarang ini baru mulai menanam. Apa karena buminya sudah semakin tua,” katanya. Baginya, proses bertani yang dirasakan saat ini juga tidak seperti dahulu. Dulu hujannya masih enak. Pada musim kemarau, panas yang dirasakan juga tidak seperti sekarang ini yang semakin kerasa. Harapannya, tanaman jagung yang dia rawat saat ini bisa mendapatkan hasil. Awalnya, Lilik memanfaatkan lahan rawa itu untuk ditanam semangka, tapi tahun ini dia mencoba peruntungan dengan menanam tanaman penghasil karbohidrat itu. Karena bibitnya lebih murah, dan perawatannya menurut pengalaman orang lain, katanya juga lebih mudah. menarik dibaca Miris, Puluhan Tahun Tiap Kemarau Warga Desa Ini Potong Akar Pohon untuk Dapat Air Buruh tani mengambil air untuk menyiram tanaman palawija yang ditanam di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Kurang Perhatian Ketika disinggung soal peran pemerintah, pihaknya mengaku belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Tidak hanya Lilik, Soleh juga mengatakan hal demikian. Karena mereka merasa, lahan yang digarap ini merupakan lahan milik pemerintah. Jadi, mereka beranggapan selama ini belum ada bantuan. Cerita Lilik, perangkat desa pernah melakukan sosialisasi soal bantuan bagi petani, tetapi dari sosialisasi yang disampaikan itu, yang mendapatkan bantuan merupakan petani yang mempunyai lahan sendiri. Untuk petani yang tidak memiliki lahan, yang sifatnya memanfaatkan lahan rawa milik negara itu tidak mendapatkan bantuan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki lahan rawa seluas 1,340 ha, dari jumlah luasan tersebut 973, 565 ha berada di Kecamatan Sekaran, yang merupakan lahan rawa lebak. Mayoritas penduduk Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan ini berprofesi sebagai petani. Sehingga lahan seluas itu dimanfaatkan penduduk sebagai lahan pertanian. Bima Rojaq Kurniawan, dalam penelitiannya berjudul Analisis Pendapatan dan Kontribusi Usaha Tani Semangka di Lahan Marjinal Rawa di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan’ menjelaskan, lahan rawa lebak seluas 350 ha di Kecamatan Sekaran tersebut digunakan para petani untuk budidaya semangka. Buruh tani menanam kacang hijau di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu 24/08/2019. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh
Artinya, ketika musim kemarau seperti saat ini, maka petani harus menggunakan varietas yang tahan kemarau. Sehingga bisa tahan terhadap serangan hama," kata dia. Aksi tanam padi secara terus-menerus itu sendiri berkaitan dengan gerakan percepatan tanam yang kini sedang digalakkan Badan Karantina Pertanian.
Para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi ketika memasuki musim kemarau. Hal ini dilakukan agar lahan tetap produktif. Saat musim kemarau lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Ketika datang musim hujan lahan tambak digunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani menggunakannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi, salah satunya seperti yang dilakukan Wartono 50. Hari menjelang siang, pria bertubuh tinggi ini nampak sibuk mengawal proses penanaman padi di lahan tambak seluas 2 hektare yang disewanya. Dia hendak memastikan benih padi yang ditanam sesuai dengan harapan, dengan mengintruksikan puluhan ibu-ibu yang dilibatkan dalam mengolah lahan itu untuk menanam padi dengan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan cara seperti ini produktivitas padi bisa meningkat. “Tanpa pengaturan jarak tanam sangat berpotensi memunculkan hama penganggu seperti gulma dan tikus, karena terlalu rapat,” jelas pria asal Desa Ngujungrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Kamis 10/06/2021. Selain itu, perawatan akan lebih sulit jika penanaman benih padi tanpa pengaturan jarak tanam. Usai memberikan arahan ke para ibu-ibu di pematang tambak, Wartono kemudian beralih menemui bapak-bapak yang sedang mengusung benih padi dengan menggunakan pikulan bambu. Mereka memikul dari jalan raya menuju ke tengah tambak yang kemudian didistribusikan ke para ibu-ibu yang sedang menanam. Sebelumnya benih padi itu diangkut menggunakan kendaraan pick up. baca Musim Kemarau, Petani Manfaatkan Rawa yang Mengering Buruh tani memikul benih padi untuk ditanam di tambak ikan. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Keberkahan Tersendiri Menurut Wartono, pada saat musim kemarau lahan tambak yang disewannya itu tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi Oryza sativa. Sebab, meski airnya susut masih ada sisa-sisa genangan air yang cocoknya memang hanya bisa digunakan untuk menanam padi. “Kalau ditanam jagung atau kacang kan kondisi tanahnya harus kering, jadi tidak bisa ditanam di lahan basah,” ujar dia. Umumnya, petani setempat menanam padi saat musim hujan, tapi bagi Wartono ketika datang musim hujan lahan tambak yang digarapnya itu ia gunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Begitu masa peralihan musim hujan ke kemarau itulah dia mulai menanam padi. baca juga Dampak Fenomena La Nina, Petani Buah Semangka dan Melon Tekor Saat musim kemarau, lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Dalam semusim dia hanya bisa menanam padi sekali. Setelah panen, lahan terlebih dulu diistirahatkan selama 2-3 bulan sambil menunggu musim hujan. Begitu datang hujan ia kemudian beralih ke budidaya ikan dan udang. “Untuk sewanya dalam semusim itu Rp31 juta. Bisa digunakan untuk budidaya ikan dua kali. Sementara untuk padi hanya sekali saja,” katanya. Bagi dia antara biaya operasional dan hasil yang didapat bisa berlipat. Untuk ikan dan udang sekali panen bisa mendapatkan hasil Rp30 juta. Sementara padi Rp35 juta. Beberapa petambak sudah beralih memasuki musim tanam padi pada tambaknya. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi, Rasima 60 misalnya, perempuan asal Buluterate, Babat, Lamongan ini mengaku senang karena dimusim kemarau ini dia masih bisa bekerja. “kalau tidak tandur ya nganggur, atau paling ya ngaret untuk kambing,” pungkasnya dalam bahasa Jawa. baca juga Begini Cara Petani Buah di Lamongan Berbagi Keberkahan Buruh tani membentangkan tali tampar untuk menanam padi di tambak menggunakan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Tanah Tetap Produktif Kemarau sering kali berdampak terhadap penurunan atau bahkan kegagalan produksi pangan, salah satunya yaitu padi. Di tahun 1991 misalnya, akibat kemarau sejumlah 800 ribu hektare tanaman padi mengalami kekeringan, dan sekitar 190 hektare puso. Pada tahun 1994, musim kemarau juga telah menimbulkan kerugian bagi sebagian petani karena tanaman padi mereka kekeringan, umumnya terjadi pada lahan yang irigasinya tergantung pada musim hujan. Plt. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Sujarwo mengatakan, untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani memang menggunakan lahannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Begitu juga sebalinya, ada juga sebagian petani yang melakukan dua kali tanam padi kemudian ikan hanya sekali, tergantung wilayahnya. baca juga Kemarau Panjang, Warga Lombok Bisa Bertani dan Berternak di Bendungan Rasima 60 menunjukkan tangannya yang keriput karena terlalu lama kena air usai menanam padi di tambak ikan. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Menurut dia, dalam semusim di satu lahan itu bagusnya memang dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Alasanya agar kesuburan tanah bisa tetap terjaga. “Kalau ikan terus ya kapan lahan waktunya istirahat? Karena sebetulnya tambak itu kan perlu juga digemburkan. Sementara padi itu setelah panen damennya bisa digunakan untuk pupuk alami,” ujar pria berkacamata ini. Selain itu, dengan pola seperti itu petani masih tetap produktif bisa mengolah lahan di musim kemarau, sehingga tidak takut mengalami kegagalan produksi pangan. Seorang buruh tani bersiap membajak lahan dengan menggunakan tractor. Agar kesuburan lahan tetap terjaga, dalam semusim bagusnya dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Meski begitu pihaknya terus mengupayakan untuk melakukan langkah-langkah alternatif lain, salah satunya yaitu mengkolaborasikan dua jenis komoditas pertanian sekaligus di dalam satu lahan, atau disebut juga dengan istilah Mina padi. Usaha tani gabungan ini memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam untuk budidaya yang memaksimalkan hasil tanah sawah, dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan efisiensi lahan, “Beberapa wilayah di Kabupaten Lamongan sudah menggunakan inovasi seperti itu. Apalagi Mina padi juga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi hama tikus,” pungkas pria yang pernah menjadi Camat ini. Para buruh tanam padi makan bersama di pematang tambak ditengah istirahatnya usai menanam padi. Memasuki musim kemarau, beberapa petambak sudah beralih menanam padi. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh
Dimusim kemarau, hujan sangat jarang dan sinar matahari yang berlimpah akan menghambat perkembangan jamur dan bakteri. Kekurangan Menanam Padi di Musim Kemarau Air Lebih Sulit Didapat Di musim kemarau debit air di sungai dan bendungan akan berkurang. Hal ini jelas akan mengurangi asupan air ke persawahan.
Diunggah pada 16 September 2011 114657 1 Kendati hujan telah mengguyur di sejumlah wilayah di Jawa Timur dalam intensitas rendah, cuaca kemarau masih melanda hampir di seluruh wilayah. Kemarau berkepanjangan ini menyebabkan masyarakat kekurangan sumber air bersih dan membuat beberapa lahan sawah di Jatim mengalami kekeringan. Dalam masa kemarau dan pascaserangan hama wereng coklat beberapa waktu lalu, Dinas Pertanian Jatim kerap mengimbau pada petani untuk tak menanam padi. “Jauh hari kami kami telah menyosialisasikan untuk tak menanam padi saat kemarau dan pasca serangan hama wereng. Kalaupun tetap ngotot menanam padi, mungkin hanya petani nekad saja yang melakukan,” kata Kepala Bidang Produksi tanaman Pangan, Ir Ahmad Nurfalakhi saat dikonfirmasi, Jumat 16/9. Dari data Dinas Pertanian Jatim, periode Agustus 2011 tercatat lahan padi yang kering mencapai hektar yang tersebar di sejumlah wilayah. Diantaranya di wilayah Tulungagung seluas 953 hektar, Trenggalek 271 hektar, Pacitan 112 hektar, Sumenep 60 hektar, Mojokerto 21 hektar dan Lamongan 19 hektar. Dari total lahan yang kering di bulan Agustus, yang mengalami puso atau gagal panen mencapai 38 hektar, yaitu di wilayah Mojokerto 18 hektar, Tulungagung 9 hektar, Tuban 6 hektar, Bojonegoro 2 hektar dan Trenggalek 1 hektar. Luas lahan yang kering di Agustus tersebut itu lebih kecil dibanding pada bulan Juli tahun lalu yang melanda hektar tanaman padi. Dengan perincian, wilayah Trenggalek seluas hektar, Tulungagung 811 hektar, Bangkalan 108 hektar, Tuban 50 hektar, Gresik 15 hektar, Jombang 12 hektar, Kediri 10 hektar dan Sumenep 0,5 hektar. Di periode Juli, lahan puso akibat kekeringan mencapai 239 hektar. Yaitu di Trenggalek 163 hektar, Tuban 21 hektar dan Tulungagung 16 hektar. Luasnya lahan padi yang dilanda kekeringan tersebut akibat kurang jelinya petani dalam memilih komoditas yang ditanam saat musim kemarau. Idealnya, saat kemarau petani tidak menanam padi tapi menanam palawija seperti kacang hijau, kedelai, jagung atau menanam komoditas hortikultura seperti Semangka. Besarnya keinginan petani untuk tetap menanam padi di musim kemarau ini dipicu harga jual padi jauh lebih baik dibanding harganya saat musim penghujan. Tingginya harga padi tersebut bisa dilihat dari harga beras yang beredar di pasaran. Untuk yang jenis medium misalnya, masih bertengger di level per kilogram hingga per kilogram. afr
KepalaBidang Produksi Padi dan Palawija, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, Heti Heryati mengatakan, di saat musim hujan petani menghadapi masalah banjir, longsor, hama dan penyakit tanaman. Sebab, hama dan penyakit tanaman lebih banyak di musim hujan daripada musim kemarau.
Karawang Antaranews Megapolitan - Kementerian Pertanian menyatakan kesuburan tanah di areal persawahan tidak akan terganggu saat areal sawah ditanami padi secara terus-menerus. "Memang banyak yang khawatir kalau areal sawah akan hilang kesuburan lahannya jika ditanam secara terus-menerus. Itu keliru," kata Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini, saat kunjungan kerja ke Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat. Menurut dia, kesuburan tanah pada areal sawah yang ditanami padi secara terus-menerus tidak akan hilang jika dilakukan secara serentak per golongan air. Hal lain yang harus dilakukan saat areal sawah ditanami padi secara terus-menerus ialah dengan menggunakan varietas yang sesuai dengan musim. "Artinya, ketika musim kemarau seperti saat ini, maka petani harus menggunakan varietas yang tahan kemarau. Sehingga bisa tahan terhadap serangan hama," kata dia. Aksi tanam padi secara terus-menerus itu sendiri berkaitan dengan gerakan percepatan tanam yang kini sedang digalakkan Badan Karantina Pertanian. Melalui gerakan percepatan tanam, maka setiap setelah panen, petani bisa langsung menanam padi kembali di areal sawah miliknya. Badan Karantina Pertanian kini mengampanyekan gerakan percepatan tanam serentak di wilayah Jawa Barat. Itu dilakukan sebagai bagian dari upaya mendukung program ketahanan pangan. Banun yang juga Penanggung Jawab Upsus Jawa Barat menyatakan gerakan percepatan tanam harus terus dilakukan. "Kita tidak boleh berleha-leha, harus manfaatkan air yang masih tersedia, agar padi dapat terus tumbuh dan panen," katanya. Tanam padi serentak terstruktur merupakan cara untuk pengendalian hama dan penyakit. Berdasarkan pengalaman, hama meledak disebabkan karena waktu tanam padi yang tidak serentak. Waktu tanam yang tidak serentak itu akan mengakibatkan akumulasi populasi hama pada tanaman padi.
Kemampuanpagi yang tetap bisa tumbuh di tempat kering inilah yang menjadikan para petani turut ikut menanam padi di musim kemarau. Salah satunya dilakukan oleh para petani Sukabakti Cianjur dan Petani Karanganyar. Agar tanaman padi tetap tumbuh optimal, maka para petani selalu mengupayakan sumber- sumber air agar tetap mengairi sawah mereka.
Musim kemarau ilustrasi. SUKABUMI - Sejumlah petani di selatan Kabupaten Sukabumi tetap nekat menanam padi di tengah musim kemarau. Padahal, pada momen tersebut berpotensi menyebabkan gagal panen puso akibat kesulitan pengairan. ’Dari pantauan, ada sebagian kecil yang masih menanam padi,’’ ujar Kepala Seksi Perlindungan Tanaman DPTP Kabupaten Sukabumi, Sodikin, kepada Republika Online, Selasa 17/9. Pasalnya, mereka masih menganggap ada air untuk mengairi areal persawahannya. Sebelumnya DPTP Dinas Pertanian Tanaman Pangan telah menghimbau para petani untuk tidak menanam padi saat musim kemarau. Namun, di lapangan ada sebagian kecil petani yang tetap nekat menanam padi dengan risiko gagal panen akibat kekeringan. Selain padi, kata Sodikin, ada sejumlah petani yang mengganti tanamannya menjadi ubi kayu. Bahkan, ada sebagian petani yang sudah panen. Kini, mereka tengah mempersiapkan lahannya untuk ditanam padi. Hal ini dikarenakan musim hujan diprediksi jatuh pada akhir September mendatang. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
CendanaNews | Meski musim tanam padi yang biasanya ditandai dengan turunnya hujan belum tiba, namun para petani di kawasan Pandak, Bantul tetap menanam padi di pertengahan bulan Oktober ini. Padahal dengan lokasi sawah yang berada jauh dari sumber air irigasi, mereka sangat bergantung pada turunnya hujan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dampak musim kemarau bagi petani padi Musim kemarau berkepanjangan berdampak pada sektor pertanian. Kurang nya pasokan air yang minim mengakibatkan kurangnya pertumbuhan dan mutu pada merupakan kebutuhan pokok semua mahluk hidup untuk tanaman air di butuhkan sebagai penguapan air dari permukaan daun tumbuhan dan sebagai pengangkut dan pelarut unsur hara dalam tanah Kekeringan mendera mengakibatkan Tanaman tidak tumbuh segar dan tidak menghasilkan produksi yang baik, keadaan ini mengancam produksi pertanian dan mengakibatkan gagal di pengaruhi oleh faktor suhu,ujan, angin, kelembapan udara dan waktu. Cara mengatasinya yaitu dengan cara memperbanyak pembuatan sumur atau waduk untuk menyimpan cadangan air, pada lahan yg kekeringan di beri bahan organik Tanah mempunyai kapasitas untuk menyimpan air di dalam jejaring rongganya. Durasi penyimpanan air pada rongga atau pori tanah ini ditentukan oleh ukuran pori tersebut. Semakin besar ukurannya maka semakin banyak air yang dapat tersimpan tapi sangat mudah untuk hilang melalui gaya gravitasi bumi. Kemampuan tanah menyimpan air lebih lama dan banyak akan meningkat pada tanah yang permukaannya tertutup rapat dan memiliki bahan organik tanah yang tinggi. Bahan organik tanah berasal dari sisa tanaman dan organisme lainnya yang sudah,sedang atau baru mengalami dekomposisi, terdiri dari humus dan non humus. Bahan organik tanah mempunyai kemampuan mengikat air. Kekurangan bahan organik membuat permukaan tanah menjadi lemah saat didera butiran hujan. Air tidak bisa masuk dan tersimpan dalam tanah dan malah menjadi air limpasan. Saat kering, tanah dengan cepat kehilangan air. Meningkatkan bahan organik melalui pengembalian sisa tanaman dan pemberian kompos merupakan salah satu jalan untuk membuat tanah lebih banyak menyimpan air. . Kita tidak berharap bahwa kekeringan kali ini berkepanjangan sehingga mengancam persediaan pasokan pangan dan hasil pertanian. Lihat Nature Selengkapnya
Masuk musim kemarau, para petani diminta tak khawatir pada ketersediaan air, karena embung akan memasok air.Hal ini juga berlaku bagi UPKK Purwo Suci di Desa Ngraho, Kecamatan Kedung Tuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. "Ketika musim kemarau tiba, petani tak perlu khawatir, karena embung akan memasok air sehingga produktivitas pertanian tetap terjaga," ujar Menteri Pertanian
BANGKA – Musim kemarau panjang diprediksi bakal terjadi pada pertengahan Juni sampai September 2023 mendatang. Pada musim kemarau, petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung diminta menanam palawija selain padi. Pelaksana Tugas Plt Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan DPPP Bangka Selatan, Risvandika berujar, masyarakat petani harus mempersiapkan diri agar dapat mengantisipasi dampak kemarau panjang yakni kekeringan. Sehingga para petani bisa menanam tanaman palawija untuk lahan yang pengairannya terbatas saat musim kemarau. Seperti yang diketahui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Pangkalpinang memprediksi musim kemarau di Bangka Belitung terjadi pada awal Juni 2023. Antara bulan Juni dasarian satu dan Juni dasarian dua. Tepatnya pada tanggal 1 - 11 Juni 2023 mendatang. “Berdasarkan data BMKG bulan Juni - September 2023 Bangka Selatan diperkirakan akan memasuki musim kemarau. Saya mengingatkan petani untuk dapat beralih ke tanaman yang kurang membutuhkan air,” kata dia kepada Sabtu 3/6/2023. Risvandika menerangkan, menjelang musim kemarau panjang para petani setidaknya menyesuaikan tanaman pada masa tanam. Sebab, saat musim kemarau ketersediaan air akan berkurang yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman yang membutuhkan banyak air. Bahkan saat ini tim penyuluh sudah melakukan sosialisasi kepada para petani. Terutama sosialisasi pola tanam padi-padi- palawija kepada para petani. Upaya itu merupakan bagian agar selama satu tahun musim tanam tidak melulu menanam padi. Akan tetapi diselingi menanam palawija, utamanya saat kemarau. Layaknya jagung, singkong, sorgum hingga kacang panjang. “Tanaman palawija ini antara lain komoditas palawija seperti jagung, sorgum dan kacang tanah. Namun jika ketersediaan air mencukupi para petani diperbolehkan melanjutkan kembali aktivitas tanamanan padi,” jelas Risvandika. Menurutnya, pengaturan pola tanam sangat penting mengingat saat kemarau pasokan air berkurang.
Musimkemarau yang tidak segera berganti hujan menghalangi petani padi di Kabupaten Lebak untuk bisa segera menanam padi. BREAKING NEWS. MNC Tutup Akses RCTI via Streaming & Platform OTT per 7 November Menilik Strategi Indosat (ISAT) yang Mirip Adegan Squid Game Musim Kemarau: Petani di Lebak Diminta Tidak Tanam Padi
OPINI , Tips dan Trik August 14, 2020 • Ilustrasi padi yang mulai kekeringan – Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para petani padi sawah basah di tanah air adalah masalah kesulitan air tatkala akan memasuki masa panen, pada musim tanam kedua dan selanjutnya porekat. Sewaktu masa tanam kedua ini, rata-rata kondisi air masih normal, karena sedang berada pada puncak musim hujan. Tetapi memasuki bulan ketiga, tatkala padi akan panen, mulai air akan berkurang, seiring musim berganti menuju kemarau. Keadaan seperti itu, mengakibatkan banyak petani padi mengalami gagal panen. Disebabkan padi tidak tumbuh optimal, karena kekurangan air. Gejala ini sebenarnya hal yang wajar terjadi, karena mekanisme alam. Namun pengaturan penanaman padi tentunya harus menyesuaikan. Sejak tahap awal penanaman padi, sangat mungkin air di sawah akan menyusut sedikit demi sedikit, hingga kering kerontang. Tanah sawah perlahan berubah susut berair, bercak macak-macak, kering, hingga pecah-pecah. Padi pun tidak tumbuh sempurna. Tak jarang yang menjadi kurus kerontang dan jatuh terjuntai. Tanaman padi yang kekurangan air ini akhirnya mati. Kalaupun bertahan hidup, tidak menghasilkan buah yang normal. Pasti begitu, karena kebutuhan terhadap air tidak terpenuhi. Untuk menangani persoalan kekeringan ini, petani memang harus mengantisipasi sejak awal, sejak rencana menanam padi. Artinya, perhitungan kemungkinan kekeringan sudah harus masuk agenda rencana sewaktu akan menanam padi. Dengan perhitungan sejak dari awal, maka upaya untuk mengantisipasi dan menghadapi kenyataan ini sudah akan dipersiapkan oleh para petani padi. Diantara persiapan dan perencanaan penanaman padi yang menyesuaikan untuk mengurangi dampak kekeringan, antara lain berikut ini 1. Memilih jenis varietas padi yang lebih tahan tumbuh pada debit air kecil dengan usia lebih singkat, misalnya kurang dari 75 hari dari tanam. Ciri padi itu, umumnya semua padi yang dapat tumbuh secara combo, pada lahan kering huma dan sawah. 2. Melakukan pengaturan sistem pengairan internal lahan sawah. Penggunaan pengairan sawah dilakukan secara optimal. Sehingga tak membiarkan air terbuang ke saluran pembuangan. Jadi harus ada semacam area cadangan air pada lahan kita. Pengaturan air ini harus dilakukan sejak usia padi telah mencapai 1 bulan pada lahan. Sebab, sejak itulah pemanfaatan air dibutuhkan oleh tanaman padi hingga malai berisi. 3. Pola pengolahan lahan harus baik. Sistem pengolahan lahan sawah berbeda dengan lahan kering, yakni harus rata, lumpur ledok sunda, merata antara air, basah dan kering. Kondisi lumpur itu akan menjamin air tidak mudah meresap. Pengolahan itu dilakukan dengan optimalisasi waktu pembajakan, serta mencermati setelahnya, dari saluran yang tidak perlu seperti lobang pada pematang sawah, yang dibuat oleh hama hewan seperti tikus, kepiting, keong, dll. 4. Mengurangi penggunaan pupuk dan bahan-bahan kimia. Pemanfaatan pupuk dan bahan lain kimia memang dapat menggenjot pertumbuhan tanaman secara cepat, namun akan menyisakan residu. Untuk itu, ada baiknya apabila sistem penanaman memiliki proyeksi jangka panjang dan berkesinambungan, secara periodik dan bertahap para petani mengurangi penggunaan komposisi pupuk kimia hasil buatan pabrikan. Pupuk yang instan untuk memenuhi kebutuhan tanaman jangka pendek, berdampak pada kesuburan tanah dalam jangka panjang. Tanah akan kurus, kering dan mengeras. Alhasil, sangat gembos terhadap kebutuhan air. Nah, itulah beberapa hal yang dapat dilakukan sejak awal untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang mungkin terjadi pada tanaman padi di sawah. Anda punya cerita lain? Silahkan berbagi.*
Adapun menjelang musim kemarau tahun 2020 ini, baru 8 persen dari seluruh petani di sana yang memanfaatkan asuransi pertanian. "Di sejumlah daerah, peralihan ke musim kemarau mulai terasa, termasuk di Jawa Barat yang relatif dekat dengan Kebumen," kata Menteri Syahrul.
YOGYA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DPKP DIY memastikan stok beras di DI Yogyakarta mencukupi untuk menghadapi kemarau panjang. Kepala DPKP DIY, Sugeng Purwanto mengungkapkan, kemarau panjang dampak fenomena El Nino diprediksi terjadi. Kondisi ini membuat sejumlah wilayah melakukan persiapan termasuk DI Yogyakarta. "Sampai sekarang tidak ada kendala cuma kia memang harus siap siap karena ini El Nino ini kemarau panjang ini sudah mulai datang tapi sementara di lapangan belum ada masalah," jelas Sugeng, Jumat 2/6/2023. Baca juga Tercatat Ada IKM di Kulon Progo Per Desember 2022, Meningkat Dibandingkan 2021 Sugeng mengatakan, hasil panen komoditas beras di musim tanam MT 1 tergolong memuaskan meski terjadi cuaca ekstrem. Produktivitas lahan juga tergolong tinggi yakni mencapai 6 ton per hektar. Sehingga pada musim panen MT 1, total ada sekitar 300 ribu ton padi yang dipanen. Dia pun optimis hasil panen tersebut dapat memenuhi kebutuhan beras sepanjang musim kemarau. "Pastinya kan panen MT 1 tahun ini sukses, tidak ada kendala meskipun ada dampak perubahan iklim ya tapi tidak ada puso. Bahkan ini rata-rata produktivitas bagus di atas 6 ton per hektar," jelasnya. Dia merinci, padi bisa panen sebanyak empat kali dalam satu tahun. Dalam satu tahun DIY rata-rata mampu memproduksi sekitar 900 ribu ton padi. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari tingkat konsumsi dan kebutuhan beras di DIY pada 2022 yang jumlahnya hanya sekitar 450 ribu ton. "Artinya kalau dibagi tiap empat bulanan itu berarti aman. Untuk DIY sangat surplus," jelasnya. Lebih lanjut, pihaknya mengimbau kepada para petani untuk menyesuaikan pola pada mendekati musim kemarau untuk menanam palawija. Namun jika petani memiliki irigasi tetap, dapat menanam padi. Untuk varietas padi yang tahan untuk ditanam di musim kemarau yaitu padi cakrabuana. "Kita tetap siap-siap karena nanti di MT 1 hujannya mundur berarti MT selanjutnya bisa jadi mundur yang jadi kendala sekitar September-Oktober kita lihat situasinya," ungkapnya. tro
. gygrbh0ge8.pages.dev/435gygrbh0ge8.pages.dev/195gygrbh0ge8.pages.dev/400gygrbh0ge8.pages.dev/566gygrbh0ge8.pages.dev/62gygrbh0ge8.pages.dev/656gygrbh0ge8.pages.dev/907gygrbh0ge8.pages.dev/328gygrbh0ge8.pages.dev/78gygrbh0ge8.pages.dev/52gygrbh0ge8.pages.dev/95gygrbh0ge8.pages.dev/180gygrbh0ge8.pages.dev/633gygrbh0ge8.pages.dev/696gygrbh0ge8.pages.dev/411
mengapa pada musim kemarau para petani tidak menanam padi